Beranda | Artikel
Kepekaan Orang Tua terhadap Kesedihan Remaja
16 jam lalu

Kepekaan Orang Tua terhadap Kesedihan Remaja merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Ada Apa dengan Remaja. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 25 Shafar 1447 H / 19 Agustus 2025 M.

Kajian Tentang Kepekaan Orang Tua terhadap Kesedihan Remaja

Dalam hati, ia mungkin akan berkata, “Orang tua saya tidak bisa diandalkan.” Akibatnya, ia tidak mau lagi bersandar kepada orang tuanya dan justru mencari tempat lain untuk mencurahkan perasaan. Karena itu, orang tua harus peka, tidak boleh cuek terhadap anak-anaknya, khususnya pada masa remaja.

Kesedihan seorang remaja berbeda dengan kesedihan anak kecil. Walaupun sama-sama perlu dihibur, remaja lebih membutuhkan perhatian karena pada masa ini mereka sudah mulai memahami arti kesedihan secara lebih dalam. Remaja sudah bisa berpikir banyak hal, sehingga ketika bersedih, yang membebani pikirannya jauh lebih kompleks dibanding anak kecil.

Kesedihan anak, jika dibiarkan, dapat menjadi luka masa remaja yang tertanam di hati. Luka semacam ini sangat sulit dihilangkan. Karena itu, orang tua tidak boleh bersikap cuek terhadap anak-anaknya.

Sebagian orang tua hanya peduli pada kebutuhan materi, padahal hal itu tidak mampu mengusir rasa sedih. Kesedihan perlu ditumpahkan dan dibagikan kepada seseorang yang bisa dipercaya. Dengan kata lain, seorang anak membutuhkan tempat untuk mencurahkan isi hati.

Orang tua—ayah dan ibu—harus peka terhadap gejala-gejala semacam ini. Jangan membiarkan anak melewati masa-masa sedihnya seorang diri. Setiap orang pernah bersedih, dan membiarkan seseorang menanggung kesedihannya sendirian adalah beban yang berat. Karena itu, orang yang bersedih membutuhkan teman berbagi, seseorang yang mau mendengarkan dan menghibur.

Al-Qur’an sendiri memuat banyak hiburan (tasliyah) bagi orang-orang beriman. Bahkan Allah menghibur Nabi-Nya ketika menghadapi ujian-ujian yang berat.

Dalam sejarah sirah Nabawiyah pun tercatat adanya ‘Amul Huzni (Tahun Kesedihan), ketika Nabi kehilangan istri beliau, Khadijah, serta paman beliau, Abu Thalib, yang sejak kecil mengasuh dan melindunginya. Ini menunjukkan bahwa kesedihan adalah fitrah manusiawi, bahkan dialami oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Namun Allah selalu menghibur beliau di dalam Al-Qur’an.

Demikianlah kehidupan: susah dan senang datang silih berganti, laksana roda yang berputar. Hari ini di atas, esok bisa berada di bawah.

Karena itu, orang tua harus mendampingi anak-anaknya ketika mereka bersedih agar terasa ringan beban yang ditanggungnya. Jangan bersikap cuek atau cenderung membiarkan mereka menghadapi kesedihan seorang diri. Hal ini berbahaya, karena saat seseorang larut dalam kesedihan, setan bisa masuk dan mempermainkan pikirannya.

Download mp3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/55489-kepekaan-orang-tua-terhadap-kesedihan-remaja/